Kombo Agari – Mantan manajer Timnas Inggris, Glenn Hoddle, ikut mengomentari strategi Ruben Amorim di Manchester United. Ia menilai sistem tiga bek yang diterapkan Amorim sebenarnya memiliki potensi besar, tetapi ada kelemahan di lini tengah yang harus segera dibenahi.
“Baca Juga: Alex dan Joan Mir Soroti Bahaya Tikungan 7 Mandalika“
Amorim Perkenalkan Sistem Baru di Old Trafford
Sejak bergabung dengan Manchester United tahun lalu, Ruben Amorim membawa gaya bermain yang berbeda dari pendahulunya. Ia menggunakan formasi 3-4-2-1, dengan tiga bek di belakang dan dua gelandang menyerang di belakang striker utama.
Formasi ini menekankan keseimbangan antara pertahanan dan serangan cepat. Namun, beberapa pengamat dan suporter merasa sistem ini tidak cocok dengan karakter pemain Setan Merah. Banyak yang berpendapat bahwa skema empat bek lebih sesuai dengan gaya bermain klub.
Meski begitu, Hoddle menilai sistem Amorim tetap menarik dan berpotensi membuat tim tampil lebih konsisten. Ia melihat MU sudah mulai memahami struktur permainan baru tersebut, terutama dalam fase penguasaan bola.
Hoddle: “MU Berbahaya Saat Menguasai Bola”
Dalam analisanya, Glenn Hoddle menegaskan bahwa Manchester United terlihat lebih berbahaya ketika menguasai bola. Ia menyebut permainan mereka menjadi lebih terorganisasi, terutama saat menghadapi tim besar seperti Liverpool dan Arsenal.
“Saya menyukai sistem ini, terutama saat mereka menguasai bola,” ujar Hoddle. “Ketika MU menekan dan mengatur ritme permainan, mereka terlihat berbahaya dan penuh percaya diri.”
Ia juga menilai bahwa sistem tiga bek memungkinkan para pemain menyerang dengan lebih bebas tanpa kehilangan struktur di lini belakang. Dalam beberapa pertandingan besar, seperti melawan Arsenal di awal musim dan Liverpool musim lalu, taktik ini terbukti efektif.
Lini Tengah Jadi Titik Lemah
Meski memuji sistem Amorim, Hoddle juga menyoroti kelemahan di lini tengah. Ia menilai para gelandang belum mampu membantu pertahanan secara optimal saat tim diserang.
Menurutnya, Bruno Fernandes dan Casemiro sering terlambat turun membantu lini belakang. Kondisi ini membuat lawan mudah menekan MU dari tengah lapangan. “Masalah utama mereka ada di cara bertahan,” jelas Hoddle. “Amorim perlu mengubah pendekatan bertahan agar pressing berjalan lebih efektif.”
Ia menambahkan bahwa koordinasi antar lini menjadi kunci. Jika gelandang lebih proaktif, sistem tiga bek ini bisa berjalan sempurna dan stabil menghadapi tekanan dari tim lawan.
Kembali ke Jalur Kemenangan
Kritik terhadap Amorim mulai reda setelah Manchester United mengalahkan Sunderland 2-0 di Old Trafford akhir pekan lalu. Dalam laga itu, MU tampil dominan dan efisien di semua lini.
Gol Mason Mount dan Benjamin Sesko membuktikan bahwa sistem tiga bek bisa bekerja dengan baik jika pemain memahami perannya masing-masing. Amorim terlihat puas dengan hasil tersebut karena timnya mampu menjaga penguasaan bola dan menekan lawan secara konsisten.
Kemenangan ini juga mengembalikan kepercayaan diri tim setelah periode sulit di awal musim. Dengan hasil tersebut, MU kini mengoleksi 10 poin dari tujuh pertandingan, menempati posisi kesepuluh di klasemen Premier League 2025/26.
Tantangan Amorim ke Depan
Meski sudah menemukan stabilitas, Amorim masih harus memperbaiki efektivitas lini tengah dan transisi bertahan. Glenn Hoddle menilai, jika aspek itu ditingkatkan, sistem tiga bek Amorim bisa menjadi senjata utama MU dalam menghadapi tim-tim besar.
“Potensinya luar biasa,” ujar Hoddle. “Tapi mereka harus lebih agresif tanpa bola dan menjaga jarak antar pemain agar pressing lebih solid.”
Dengan jadwal padat dan persaingan ketat di Premier League, Amorim kini dituntut menjaga konsistensi performa timnya. Jika mampu menyeimbangkan kreativitas dan pertahanan, Manchester United bisa kembali menjadi kekuatan utama di Inggris.
“Baca Juga: Timnas Indonesia Pilih Hotel Jauh Demi Fokus di Jeddah“